Kamis, 10 Juli 2014

Naskah Dialog Tentang Ibu

Saya Aiyla Septiani dari SMK N 2 Semarang :)
Saya sangat sayaang ibu saya. Tulisan ini untuk ibu saya :')
Semoga bermanfaat ..

Disusun oleh :
1. Aiyla Septiani Rahman Saryono (02)
2. Anita Cahyani Putri Kusumadini (04)
3. Apriliani Fatichatur Rizki     (06)
4. Chaerany Rizka Aprilia       (08)



·         Pemeran Drama
1.     Apriliani                            : Narator
2.    Aiyla Setiani                    : Ibu Minah (janda miskin penyabar)
3.    Anita Cahyani                  : Aisyah (anak bungsu yang cantik dan baik hati)
4.    Chaerany Rizka                : Siti Maimunah (anak durhaka)

·      Tema : kesabaran seorang ibu

MUTIARA BUNDA
        Pada suatu hari di sebuah desa kecil, hiduplah seorang janda miskin dengan kedua anaknya. Dia adalah Ibu Minah yang mamiliki anak bernama Siti Maimunah   dan Aisyah. Anak ibu Minah memiliki sifat dan karakter yang sangat berbeda. Siti berperilaku seolah-olah dia adalah seorang putri yang semua perintahnya harus dituruti, sedangkan Aisyah bersifat rendah hati dan mau menolong.
        Siti sangat iri kepada teman-temannya karena dia miskin tidak punya apa-apa, sedangkan teman-temannya minta apa selalu dituruti oleh orang tua mereka. Siang hari setelah pulang sekolah, tiba-tiba Siti membentak ibunya.
        Siti     : “Ibu..! Ibu…!” (sambil membanting piring)
  Ibu     : “Iya sebentar nak .. astaghfirullahal’adzim, apa yang kamu lakukan Siti?” (Tanya ibu dengan nada kecewa)
Siti       : “Ibu ini dipanggil dari tadi gak nyaut-nyaut, ibu punya telinga gak sih?”
Ibu       : “Kenapa kamu berkata seperti itu? Aku ini ibumu nak. Ibu yang melahirkan dan membesarkanmu. Kenapa kamu membalas ibu seperti ini?”
Siti       : “Hah! Ibu banyak omong! Siti itu capek hidup susah, setiap hari hanya makan nasi campur garam. Siti malu sama temen-temen, mereka hidup berkecukupan, mereka punya semuanya tapi Siti punya apa bu? Siti hanya anak janda miskin!”
Ibu       : “Maafkan ibu nak. Ibu tidak bisa memberikan semua yang kamu inginkan. Kita serahkan saja kepada Allah.”
Siti       : “Allah itu tidak adil bu, orang lain saja bisa kaya kenapa kita tidak bisa bu?” (sambil membentak-bentak ibunya)
Ibu       : (ibu hanya menangis karena merasa kecewa dan bersalah kepada Siti)
Kemudian datanglah Aisyah anak bungsu bu Minah.
Aisyah : “Cukup kak, kasihan ibu.. kakak gak kasihan sama ibu?” (mengelus pundak ibunya)
Siti       : “Beraninya kamu membentakku! Kamu itu tahu apa? Ha?! Oh.. apa kamu mau cari perhatian ibu ya? Secara kaku kan anak kesayangan ibu”
Ibu       : “cukup! Ibu tidak pernah membeda-bedakan kalian. Ibu saying sama kalian semua” (mengelus dada)
Siti       : “Kalo ibu sayang Siti, kenapa nama Aisyah lebih bagus dibandingkan nama Siti. Apa itu namanya sayang bu? Nama Siti itu jadul bu. Siti malu punya nama itu..”
Aisyah : (dengan wajah yang sangat lugu) “Kak, Aisyah gak pernah merasa kalo nama Aisyah lebih bagus daripada nama kakak. Kita berdua sama kak. Kita anak ibu. Jangan kayak gini lagi ya kak? Kasihan ibu.” (memegang pundak Siti)
Siti       : “Halah.. (sambil menampar tangan Aisyah) Aku tahu kamu itu lebih cantik dari aku. Kamu mau memamerkan semuanya padaku supaya kamu kelihatan segala-galanya dibandingkan aku. Apa itu maumu?”
Aisyah : “Bukan begitu maksut Aisyah kak, Aisyah hanya…”
Siti       : (dengan geram lalu menampar Aisyah)  “plaak!”
Ibu       : “Hentikan! Kalian bersaudara jangan saling menyakiti!”
Siti       : “Aku benci semua ini!”
Siti berlalu pergi meninggalkan rumah. Ia berlari dan berhenti di tengah persawahan.
Siti       : (menghadap ke langit sambil berteriak) “Tuhaan.. kau sangat tidak adil! Mengapa hanya aku yang bernasib seperti ini?! Orang lain bisa hidup enak dan berkecukupan, sedangkan aku hidup dalam kesusahan dan kemiskinan .. aku benci hidupku!”
Siti menangis tersedu-sedu. Ia merasa sangat lapar dan akhirnya kembali ke rumah.
..
Ketika sampai di rumah, Siti sangat jengkel karena dalam perjalanan pulang ke rumah ia bertemu dengan teman-temannya yang berpakaian sangat bagus. Ia sangat iri dan bergumam.
Siti       : “Udah laper, diejek pula.. Hish!! Benci aku!”
Ketika ia melihat ibunya di dapur, ia langsung membentak ibunya.
Siti       : “Bu, aku mau baju baru. Semua teman-temanku punya baju baru.”
Ibu       : “Memangnya baju kamu yang lama kemana nak?” (memotong sayur)
Siti       : “Ibu itu memang pelit ya, cumin beliin baju buat aku aja gak mau!”
Ibu       : “Aduh (tangannya teriris pisau dan berdarah) “Bukannya ibu nggak mau beliin baju buat kamu nak, tapi..”
Siti       : (Siti memotong) “Tapia pa?? Aisyah aja kalo minta diturutin. (menunjuk Aisyah) “Sedangkan aku nggak pernah bu!”
Ibu       : “Kenapa kamu selalu menyalahkan adikmu? Adikmu tidak tahu apa-apa bahkan meminta sesuatu kepada ibu pun tidak pernah. Malah dia yang selalu membantu ibu. Dia rela bekerja dan tidak bersekolah hanya untuk kamu. Tapi kamu malah seperti ini.” (mengelus dada)
Aisyah : (menghampiri ibunya) “Kak jangan bentak-bentak ibu, kasihan ibu sudah tua.”
Siti       : (menghampiri Aisyah) “Heh! (mendorong pundak Aisyah) “Jangan pernah manggil aku kakak lagi! Karna aku nggak sudi punya adik sepertimu!”
             Siti pergi meninggalkan dapur. Ibunya hanya bisa menangis dan memngelus dada karena setiap hari kelakuan Siti yang semakin parah.
Ketika sampai di sepan kamar ibunya, dia berhenti sejenak.
Siti        : “Kalau ibu nggak mau beliin baju buat aku, aku akan membelinya sendiri” (memasang wajah seperti setan dan masuk ke kamar ibunya)
Entah apa yang ia lakukan.
        Matahari yang cerah sudah digantikan oleh bintang-bintang yang bertebaran diatas langit. Tampak dari jendela kamarnya, ibu minah yang sedang mencari sesuatu di dalam almarinya.
     Ibu         : “Ya Allah., dimana uang itu? Rasanya aku tidak pernah memindahkannya dari sini.” (sambil membolak-balikan pakaiannya yang acak-acakan dengan wajah resah)
  Ibu          : “Jangan-jangan.. (ibu Minah menggelengkan kepalanya).. “Tidak mungkin!” (ibu        Minah terduduk diatas tempat tidurnya)
   Kemudian datanglah Aisyah.
Aisyah  : “Ibu kenapa? Apakah ibu sakit?” (sambil menyentuh dahi ibunya)
     Ibu        : “Tidak anakku.. Ibu tidak apa-apa. Ini kan sudah malam. Kamu tidur dulu ya.. Sini sama ibu” (Ibu Minah memeluk Aisyah dengan penuh kasih sayang)
     Aisyah  : (menghampiri dan memeluk ibunya)”
     Ibu        :”Aisyah, terima kasih kamu sudah mau menjadi anak ibu yang solehah, pintar baik hati, ibu sangat bersyukur kepada Allah karena telah mengirimkan malaikat penyelamat seperti kamu nak.” (mencium dahi Aisyah)
   Aisyah    : “Iya bu. Sebagai anak yang patuh sama orang tua, Aisyah mau ngelakuin apa aja buat ibu. Ibu adalah ibu terbaik diseluruh dunia. Ibu juga kuat ngadepin masalah kita selama ini. Aisyah sayang sama ibu”
                        Aisyah dan ibunya yang nampak bahagia membuat Siti sangat tidak suka. Siti melihat dengan ekspresi marah dari depan pintu kamar ibunya.
Kukuruyuk.. Matahari sudah terbit kembali. Kicauan burung menjadi iringannya. Ibu Munah sedang memasak air didalam dapurditemani oleh anak bungsunya. Ketika mereka tengah bersenda gurau, terdengar hentakan pintu dari dalam rumah. Ibu Minah mengintip dari kejauhan dan kemudian berdiri. Melihat anaknya tiba-tiba pergi meninggalkan rumah, ia pun juga ikut berlari. Ia berharap semoga anaknya tidak kabur dari rumah.
Aisyah    : “Ibu.. tunggu Aisyah.. Ibu mau kemana?” (mengikuti ibunya)
Ibu          : “Siti.. mau kemana kamu nak?” (berlari dengan nafas terengah-engah)
Siti          : “Siti mau beli baju bu.. Siti nggak mau pake baju ini lagi.”
Ketka Siti akan menyeberang ke jalan, tampak sebuah truk yang melaju sangat kencang dan tak terkendali lagi sehingga menabrak Siti.
JDEERR..!!
Ibu          : “Astaghfirullahal’adzim.. Siti” (menuju kearah Siti)
Siti tergeletak dengan uang ditangannya. Dahinya penuh dengan darah yang bercucuran. Nafasnya sudah tidak teratur.. Ibu dan adiknya berada di dekatnya dalam sisa hidupnya. Saat inilah Siti mengungkapkan semua rasa penyesalan dan kekecewaannya pada ibunya.
Ibu          : “Ibu.. Maafkan Siti bu karena telah mengambil uang ibu.” (menyodorkan uang)
Semua orang yang ada di tempat itu menangis terutama ibu dan adik Siti.
Ibu               : “Iya nak, tidak apa-apa. Nanti ibu pasti belikan baju untuk kamu. Kamu yang kuat
               ya nak. Ayo ibu gendong.”

Siti               : “Tidak bu. Siti mau disini aja. Siti mau di dekat ibu dan Aisyah.”
               (memandang Aisyah yang menagis tersedu-sedu) “Maafkan kakak, Aisyah. Kakak
               selalu menyalahkan kamu. Kakak tidak bisa menjadi kakak yang baik buat kamu.”

Aisyah    : “Iya kak, tidak apa-apa. Jangan tinggalkan ibu sama Aisyah kak.”
Siti               : “Terima kasih ibu, Aisyah. Kalian telah menjadi keluarga yang baik buat Siti selama  ini. Maafkan semua kesalahan Siti. Siti sayang ibu sama Aisyah <3

Inilah kata terakhir yang diucapkan Siti pada ibu dan adiknya membuat mereka menagis
histeris.
  


   “Begitulah akhir dari kisah ini. Kisah yang sangat pilu terjadi dalam keluarga Bu Minah. Bu Minah yang menghadapi semua kesulitan dalam hidupnya dengan penuh kesabaran membuat kita sadar betapa sayangnya ibu kepada kita. Entah berapa banyak atau seberapa besar kesalahan dan kebohongan yang pernah kita buat kepada ibu, ibu tetap mau memaafkan kita. Ya ALLAH lindungilah ibu kami. Jadikanlah kami anak solehah dan sukses di esok hari agar kami dapat membahagiakan ibu kami ya Allah.. amiin ..
Maka dari itu sayangi ibu, hormati ibu, turuti semua perintah ibu selagi kamu masih bisa melihatnya .. :’(“


                                                                                Penulis J

Selasa, 27 Mei 2014

Mainan Masa Kecil yang Terlupakan

Hai namaku Aiyla Septiani :) Aku mau berbagi tugas karya tulisku tentang seni rupa sama kalian. Emm sederhana sih, tapi yang penting bermanfaat .. Silakan di copas :) Ups sumbernya sebutkan yaa .. biar nggak dikira PLAGIAT :D Oke (y)
MAINAN MASA KECIL YANG TERLUPAKAN

 I. Latar Belakang
    Judul ini dipakai penulis untuk mengutarakan ungkapan serta pendapatnya mengenai karya seni rupa dan keanekaragaman budaya Indonesia yang mulai hilang di masa ini. Penulis berpendapat bahwa sekarang ini karya serta budaya negara tercinta sudah semakin tidak mendapatkan perhatian dari penghuninya sendiri.
    Untuk itu penulis membuat artikel ini agar pembaca dapat menyadari dan menghargai karya negaranya sendiri yang akan dibahas dalam artikel ini.
II. Isi
    Indonesia memiliki banyak sekali keunikan dan salah satunya adalah mainan tradisional. Minan tradisional saat ini masih ada di kalangan anak-anak Indonesia tetapi hanya beberapa saja yang masih diingat seperti dakon/congkak, gangsing, ketapel, ular tangga, othok-othok, sontokan, dll. Yang masih mau bermain dengan mainan seperti hanyalah anak-anak di desa yang belum mengenal PSP/Game Online. Sedangkan anak-anak kota sudah tidak peduli lagi bahkan tidak mau bermain dengan mainan itu. Mereka menganggap bahwa mainan seperti itu sudah tidak zamannya dan sangat jadul. 
   Sekarang ini mereka asyik menikmati dunia 'game' yang serba canggih dan dapat mereka akses dengan mudah seperti Game Online yang ada di warnet ataupun game yang dapat dimainkan dengan mendownloadnya terlebih dahulu melalui gadget/ smartphone/ laptop mereka. Mulai dari game yang sederhana, pertarungan, bahkan game yang menampilkan tokoh animasinya sangat tidak senonoh dan tidak mendidik.
   Seiring perkembangan zaman, tanpa kita sadari kita akan melupakan karya negara kita sendiri. Mainan yang dulunya sangat dicintai dan digemari, kini kian dilupakan. Makna/ nilai sebuah mainan tradisional sudah tak ada tempat bagi mereka.
   Sungguh malang nasib idola kuno itu. Dulu mereka dipuja, kini mereka tak ada guna. Hanya sebagai pajangan. Untuk apa menghadap tablet/ tab/ komputer setiap hari dan menghabiskan banyak uang sedangkan karya kesenian negeri sendiri tak diinginkan?
   Jika anak-anak Indonesia tidak mau lagi menghargai kesenian negaranya, bagaimana nantinya generasi yang akan datang? Mereka tidak akan pernah mengenal yang namanya 'mainan tradisional' Indonesia. Mungkin hanya tinggal nama dan gambarnya saja dan sulit ditemukan.
   Mainan bukanlah sekedar mainan biasa. Mainan juga perlu dirawat dan dilestarikan. Keunikan sebuah mainan tradisional akan selalu melekat apabila tetap dijaga dengan baik. Jangan sampai baru mengakui ketika mainan itu sudah diambil hak miliknya oleh negara lain. Budaya buruk yang sering dilakukan. Itukah yang diinginkan anak Indonesia?
   Anak Indonesia telah terkontaminasi dengan budaya lain sehingga melupakan budaya negara sendiri bahkan merasa acuh tak acuh. 
   Semua mainan pada dasarnya berfungsi untuk mengurangi kejenuhan terhadap aktivitas yang melelahkan terutama anak-anak  yang setiap hari selalu menghadap buku pelajaran. Tetapi karena mainan tradisional sudah mulai hilang, bagaiman lagi mereka harus melepas kejenuhan mereka? Apakah mereka akan berhadapan dengan permainan mereka yang super canggih itu?
   Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga melupakan mainan masa kecil mereka. Hmpir seluruh orang-orang di Indonesia sudah larut dalam budaya lain dan meninggalkan mainan dalam negeri.
III. Kesimpulan
   Minan tradisional yang banyak mengandung seni dan makna kian dilupakan. Keunikan dan ciri khas bentuk maupun bagaimana cara bermainnya sudah tidak digemari lagi oleh anak-anak Indonesia dan lebih memilih bermain dengan permainan canggih daripada mainan usang.
IV. Saran
   Kita sebagai warga negara Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya, kesenian dan permainan yang begitu unik dan menarik harus ikut serta merawatnya. Menggemari permainan produk dalam negeri lebih baik daripada menyenangi suatu hal yang diciptakan negara lain dan bersifat menjajah karakter diri sendiri.
   Semoga dengan dibuatnya karya tulis ini, dapat membuat pembaca terutama anak-anak Indonesia menyadari akan  betapa berharganya dan bernilai mainan negara sendiri karena bentuknya yang unik dan juga cara bermain yang menyenangkan. 
Semoga Bermanfaat :)


Terima kasih sudah mau berkunjung ke blog saya..
Semoga bisa menjadi koreksi bagi kita semua yaa ;)
Amiin {}