Saya sangat sayaang ibu saya. Tulisan ini untuk ibu saya :')
Semoga bermanfaat ..
Disusun oleh :
1. Aiyla
Septiani Rahman Saryono (02)
2. Anita
Cahyani Putri Kusumadini (04)
3. Apriliani
Fatichatur Rizki (06)
4. Chaerany
Rizka Aprilia (08)
·
Pemeran Drama
1. Apriliani :
Narator
2. Aiyla Setiani : Ibu Minah (janda miskin penyabar)
3. Anita Cahyani : Aisyah (anak bungsu yang cantik dan baik hati)
4. Chaerany Rizka : Siti Maimunah (anak durhaka)
·
Tema :
kesabaran seorang ibu
MUTIARA BUNDA
Pada suatu hari di sebuah desa kecil, hiduplah seorang janda
miskin dengan kedua anaknya. Dia adalah Ibu Minah yang mamiliki anak bernama
Siti Maimunah dan Aisyah. Anak ibu Minah
memiliki sifat dan karakter yang sangat berbeda. Siti berperilaku seolah-olah
dia adalah seorang putri yang semua perintahnya harus dituruti, sedangkan
Aisyah bersifat rendah hati dan mau menolong.
Siti
sangat iri kepada teman-temannya karena dia miskin tidak punya apa-apa,
sedangkan teman-temannya minta apa selalu dituruti oleh orang tua mereka. Siang
hari setelah pulang sekolah, tiba-tiba Siti membentak ibunya.
Siti : “Ibu..! Ibu…!” (sambil membanting piring)
Ibu : “Iya sebentar nak ..
astaghfirullahal’adzim, apa yang kamu lakukan Siti?” (Tanya ibu dengan nada
kecewa)
Siti :
“Ibu ini dipanggil dari tadi gak nyaut-nyaut, ibu punya telinga gak sih?”
Ibu :
“Kenapa kamu berkata seperti itu? Aku ini ibumu nak. Ibu yang melahirkan dan
membesarkanmu. Kenapa kamu membalas ibu seperti ini?”
Siti :
“Hah! Ibu banyak omong! Siti itu capek hidup susah, setiap hari hanya makan
nasi campur garam. Siti malu sama temen-temen, mereka hidup berkecukupan,
mereka punya semuanya tapi Siti punya apa bu? Siti hanya anak janda miskin!”
Ibu :
“Maafkan ibu nak. Ibu tidak bisa memberikan semua yang kamu inginkan. Kita
serahkan saja kepada Allah.”
Siti :
“Allah itu tidak adil bu, orang lain saja bisa kaya kenapa kita tidak bisa bu?”
(sambil membentak-bentak ibunya)
Ibu :
(ibu hanya menangis karena merasa kecewa dan bersalah kepada Siti)
Kemudian datanglah Aisyah anak bungsu bu Minah.
Aisyah : “Cukup
kak, kasihan ibu.. kakak gak kasihan sama ibu?” (mengelus pundak ibunya)
Siti :
“Beraninya kamu membentakku! Kamu itu tahu apa? Ha?! Oh.. apa kamu mau cari
perhatian ibu ya? Secara kaku kan anak kesayangan ibu”
Ibu : “cukup!
Ibu tidak pernah membeda-bedakan kalian. Ibu saying sama kalian semua” (mengelus
dada)
Siti :
“Kalo ibu sayang Siti, kenapa nama Aisyah lebih bagus dibandingkan nama Siti.
Apa itu namanya sayang bu? Nama Siti itu jadul bu. Siti malu punya nama itu..”
Aisyah :
(dengan wajah yang sangat lugu) “Kak, Aisyah gak pernah merasa kalo nama Aisyah
lebih bagus daripada nama kakak. Kita berdua sama kak. Kita anak ibu. Jangan
kayak gini lagi ya kak? Kasihan ibu.” (memegang pundak Siti)
Siti :
“Halah.. (sambil menampar tangan Aisyah) Aku tahu kamu itu lebih cantik dari
aku. Kamu mau memamerkan semuanya padaku supaya kamu kelihatan segala-galanya
dibandingkan aku. Apa itu maumu?”
Aisyah : “Bukan
begitu maksut Aisyah kak, Aisyah hanya…”
Siti :
(dengan geram lalu menampar Aisyah) “plaak!”
Ibu :
“Hentikan! Kalian bersaudara jangan saling menyakiti!”
Siti :
“Aku benci semua ini!”
Siti berlalu pergi meninggalkan rumah. Ia berlari
dan berhenti di tengah persawahan.
Siti :
(menghadap ke langit sambil berteriak) “Tuhaan.. kau sangat tidak adil! Mengapa
hanya aku yang bernasib seperti ini?! Orang lain bisa hidup enak dan
berkecukupan, sedangkan aku hidup dalam kesusahan dan kemiskinan .. aku benci
hidupku!”
Siti menangis tersedu-sedu. Ia merasa sangat lapar
dan akhirnya kembali ke rumah.
..
Ketika sampai di rumah, Siti sangat jengkel karena
dalam perjalanan pulang ke rumah ia bertemu dengan teman-temannya yang
berpakaian sangat bagus. Ia sangat iri dan bergumam.
Siti :
“Udah laper, diejek pula.. Hish!! Benci aku!”
Ketika ia melihat ibunya di dapur, ia langsung
membentak ibunya.
Siti : “Bu,
aku mau baju baru. Semua teman-temanku punya baju baru.”
Ibu :
“Memangnya baju kamu yang lama kemana nak?” (memotong sayur)
Siti :
“Ibu itu memang pelit ya, cumin beliin baju buat aku aja gak mau!”
Ibu : “Aduh
(tangannya teriris pisau dan berdarah) “Bukannya ibu nggak mau beliin baju buat
kamu nak, tapi..”
Siti :
(Siti memotong) “Tapia pa?? Aisyah aja kalo minta diturutin. (menunjuk Aisyah)
“Sedangkan aku nggak pernah bu!”
Ibu :
“Kenapa kamu selalu menyalahkan adikmu? Adikmu tidak tahu apa-apa bahkan
meminta sesuatu kepada ibu pun tidak pernah. Malah dia yang selalu membantu
ibu. Dia rela bekerja dan tidak bersekolah hanya untuk kamu. Tapi kamu malah
seperti ini.” (mengelus dada)
Aisyah :
(menghampiri ibunya) “Kak jangan bentak-bentak ibu, kasihan ibu sudah tua.”
Siti :
(menghampiri Aisyah) “Heh! (mendorong pundak Aisyah) “Jangan pernah manggil aku
kakak lagi! Karna aku nggak sudi punya adik sepertimu!”
Siti
pergi meninggalkan dapur. Ibunya hanya bisa menangis dan memngelus dada karena
setiap hari kelakuan Siti yang semakin parah.
Ketika sampai di sepan kamar ibunya, dia berhenti
sejenak.
Siti :
“Kalau ibu nggak mau beliin baju buat aku, aku akan membelinya sendiri”
(memasang wajah seperti setan dan masuk ke kamar ibunya)
Entah apa yang ia lakukan.
Matahari
yang cerah sudah digantikan oleh bintang-bintang yang bertebaran diatas langit.
Tampak dari jendela kamarnya, ibu minah yang sedang mencari sesuatu di dalam
almarinya.
Ibu :
“Ya Allah., dimana uang itu? Rasanya aku tidak pernah memindahkannya dari
sini.” (sambil membolak-balikan pakaiannya yang acak-acakan dengan wajah resah)
Ibu :
“Jangan-jangan.. (ibu Minah menggelengkan kepalanya).. “Tidak mungkin!”
(ibu Minah terduduk diatas tempat
tidurnya)
Kemudian
datanglah Aisyah.
Aisyah : “Ibu
kenapa? Apakah ibu sakit?” (sambil menyentuh dahi ibunya)
Ibu :
“Tidak anakku.. Ibu tidak apa-apa. Ini kan sudah malam. Kamu tidur dulu ya..
Sini sama ibu” (Ibu Minah memeluk Aisyah dengan penuh kasih sayang)
Aisyah :
(menghampiri dan memeluk ibunya)”
Ibu :”Aisyah,
terima kasih kamu sudah mau menjadi anak ibu yang solehah, pintar baik hati,
ibu sangat bersyukur kepada Allah karena telah mengirimkan malaikat penyelamat
seperti kamu nak.” (mencium dahi Aisyah)
Aisyah :
“Iya bu. Sebagai anak yang patuh sama orang tua, Aisyah mau ngelakuin apa aja
buat ibu. Ibu adalah ibu terbaik diseluruh dunia. Ibu juga kuat ngadepin
masalah kita selama ini. Aisyah sayang sama ibu”
Aisyah dan ibunya yang nampak
bahagia membuat Siti sangat tidak suka. Siti melihat dengan ekspresi marah dari
depan pintu kamar ibunya.
Kukuruyuk.. Matahari sudah terbit kembali. Kicauan
burung menjadi iringannya. Ibu Munah sedang memasak air didalam dapurditemani
oleh anak bungsunya. Ketika mereka tengah bersenda gurau, terdengar hentakan
pintu dari dalam rumah. Ibu Minah mengintip dari kejauhan dan kemudian berdiri.
Melihat anaknya tiba-tiba pergi meninggalkan rumah, ia pun juga ikut berlari.
Ia berharap semoga anaknya tidak kabur dari rumah.
Aisyah :
“Ibu.. tunggu Aisyah.. Ibu mau kemana?” (mengikuti ibunya)
Ibu :
“Siti.. mau kemana kamu nak?” (berlari dengan nafas terengah-engah)
Siti :
“Siti mau beli baju bu.. Siti nggak mau pake baju ini lagi.”
Ketka Siti akan menyeberang ke jalan, tampak sebuah
truk yang melaju sangat kencang dan tak terkendali lagi sehingga menabrak Siti.
JDEERR..!!
Ibu :
“Astaghfirullahal’adzim.. Siti” (menuju kearah Siti)
Siti tergeletak dengan uang ditangannya. Dahinya
penuh dengan darah yang bercucuran. Nafasnya sudah tidak teratur.. Ibu dan
adiknya berada di dekatnya dalam sisa hidupnya. Saat inilah Siti mengungkapkan
semua rasa penyesalan dan kekecewaannya pada ibunya.
Ibu :
“Ibu.. Maafkan Siti bu karena telah mengambil uang ibu.” (menyodorkan uang)
Semua orang yang ada di tempat itu menangis terutama
ibu dan adik Siti.
Ibu : “Iya nak, tidak apa-apa. Nanti
ibu pasti belikan baju untuk kamu. Kamu yang kuat
ya nak. Ayo ibu gendong.”
Siti : “Tidak bu. Siti mau disini aja.
Siti mau di dekat ibu dan Aisyah.”
(memandang Aisyah yang menagis
tersedu-sedu) “Maafkan kakak, Aisyah. Kakak
selalu menyalahkan kamu. Kakak
tidak bisa menjadi kakak yang baik buat kamu.”
Aisyah : “Iya kak, tidak apa-apa. Jangan tinggalkan
ibu sama Aisyah kak.”
Siti : “Terima kasih ibu, Aisyah.
Kalian telah menjadi keluarga yang baik buat Siti selama ini. Maafkan semua kesalahan Siti. Siti
sayang ibu sama Aisyah <3
Inilah
kata terakhir yang diucapkan Siti pada ibu dan adiknya membuat mereka menagis
histeris.
“Begitulah akhir dari kisah ini. Kisah yang sangat pilu
terjadi dalam keluarga Bu Minah. Bu Minah yang menghadapi semua kesulitan dalam
hidupnya dengan penuh kesabaran membuat kita sadar betapa sayangnya ibu kepada
kita. Entah berapa banyak atau seberapa besar kesalahan dan kebohongan yang
pernah kita buat kepada ibu, ibu tetap mau memaafkan kita. Ya ALLAH lindungilah
ibu kami. Jadikanlah kami anak solehah dan sukses di esok hari agar kami dapat
membahagiakan ibu kami ya Allah.. amiin ..
Maka dari itu sayangi ibu, hormati ibu, turuti semua
perintah ibu selagi kamu masih bisa melihatnya .. :’(“
Penulis J